Senin, September 23

Mengatasi Krisis Kepemimpinan di Indonesia


Atas banyaknya permasalahan kepemimpinan dan permasalahan bangsa yang tidak kunjung henti, menyebabkan rakyat tidak lagi percaya dengan kepemimpinan di Indonesia saat ini. Hal ini disebabkan karena moral para pemimpin kita yang rendah. Rakyat tidak butuh pemimpin yang pintar dan piawai berpidato, berpendidikan tinggi sampai S3, berpangkat militer tinggi hingga Jenderal tapi kerjanya hanya menipu dan memperdayakan rakyat. Tetapi rakyat butuh pemimpin yang mendengar tangisan pilu nasibnya dan mengulurkan tangannya untuk berdiri tegak bersama-sama dalam mengatasi masalah dengan asas kejujuran dan kepercayaan serta kerendahan dan kesederhanaan. Rakyat butuh pemimpin memikirkan masa depan anak-anak bangsa. Rakyat butuh pemimpin yang berani mengambil kebijakan untuk mengkounter harga-harga bahan pokok dan menghilangkan kebijakan pengendalian harga pada kelompok tertentu, hingga harga kebutuhan pokok dapat terjangkau hingga dapat makan nasi putih yang hangat dengan sekerat tempe sudah cukup bagi mereka.

 Menurut Barry Z. Posner kepemimpinan dan kredibilitas tergantung pada hati, bukan hanya otak. Kedua hal tersebut seharusnya ada pada setiap pemimpin bangsa ini, punya intelektualitas yang cerdas dan juga punya hati yang ikhlas untuk memimpin bangsa ini lepas dari berbagai permasalahan yang semakin kompleks. Dengan penyatuan dua hal tersebut tentunya akan mampu membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia menuju kesejakteraan umum, kecerdasan bangsa, dan keadilan sosial sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Sri Sultan Hamengku Buwono X (2008) mengungkapkan adanya kebutuhan mendesak melahirkan kembali kepemimpinan global untuk mengatasi berbagai krisis di dunia, khususnya Indonesia. Menurut Sri Sultan, kepemimpinan global tersebut harus mampu mencapai tujuan-tujuan utama global yang dirumuskan dalam "Millennium Developmen StGoals" (MDGs). "Salah satu yang mendesak disebut dalam MDGs adalah lingkungan hidup. Disebutkan bahwa lingkungan hidup akan menjadi masalah besar bagi Indonesia dimasa yang akan datang. Hal itu sesuai hasil survey "Environmental Performance Index (EPI) 2008 oleh Universitas Yale dan Columbia menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan ke-102 dari 149 negara berwawasan lingkungan.

Masalah lingkungan, tidak pernah berdiri sendiri, karena berkaitan dengan pilihan sistem ekonomi, politik, sosial, menyangkut HAM dan keadilan pengelolaan sumber daya alam. Jika melihat tantangan yang begitu besar, barangkali tipe kepemimpinan yang dibutuhkan Indonesia ke depan adalah tipe yang peduli terhadap lingkunganatau "eco-sexsual". "Eco-seksual" yang dimaksud adalah budaya tandingan terhadap metroseksual atau individu yang sadar terhadap penampilan, yang ditopang pola hidup konsumtif. Menurut Sri Sultan HB X (2008) bahwa calon pemimpin "eco-sexsual" setidaknya harus mempunyai tiga ciri yakni : Pertama memiliki visi yang jelas tentang pembangunan berwawasan keberlanjutan ekologi dan bukan hanya berhenti pada pembangunan berkelanjutan. Kedua, tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang merusak lingkungan hidup, mensemponsorinya, atau mengesahkan peraturan yang merusak lingkungan. Ketiga, tidak menerima dana kampanye dari perusahaan dan pengusaha yang terlibat dalam kasus lingkungan hidup, atau potensial menimbulakn kerusakan dan pencemaran.

Sedangkan menurut Laksmono (2008) bahwa akibat belum ada acuan yang kuat dalam kepemimpinan, mengakibatkan terjadi koalisi dan kompromi yang sampai hari ini belum menyiapkan konsep koalisi yang sempurna untuk rakyat. Resep yang bisa menjadi solusi bagi bangsa adalah kepemimpinan yang akan muncul tidak cukup dengan pesona, tapi konsep dan harus bisa menyemangati masyarakat ikut membangun. Melihat situasi yang sudah genting, maka di butuhkan keberanian dan terobosan untuk munculnya pemimpin dengan model baru yaitu pemimpin yang memiki motivasi yang bersih untuk mengutamakan kepentingan rakyat banyak dan bukan untuk kepentingan yang lain, untuk hal ini dibutuhkan pemimpin yang bersih dari hutang politik dan hutang janji kepada kelompok manapun. Dibutuhkan pemimpin yang memiliki visi yang jelas untuk memberi arah penyelesaian dari krisis berkepanjangan dan mempercepat mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang di buat dalam program jangka pendek, menengah dan panjang dengan kriteria keberhasilan yang dapat diukur. Pemimpin yang berani untuk mengubah paradigma mengemis minta bantuan dari bangsa lain dengan paradigma mempercayai bahwa bangsa dengan segala potensinya mampu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa atau bersama bantuan dari bangsa lain. Kalaupun ada perjanjian dengan bangsa lain harus sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat banyak, jika tidak perjanjian itu harus dievaluasi bahkan dibatalkan.

Proses melahirkan kepemimpinan yang ada harus dibaharui, karena yang ada sekarang hanya menghasilkan pemimpin yang penuh dengan hutang politik dan balas budi kepada orang dan kelompok tertentu, ini harus dihentikan. Cara berpikir dan cara mengelola negara ala Soeharto harus segera diakhiri. Soeharto dulu berperilaku seperti raja Jawa yang melibatkan seluruh wilayah negara sebagi kerajaannya dan setiap provinsi bukan saja harus membayar upeti ke pemerintah pusat, tetapi juga harus tunduk dan taat kepada kehendak dan otoritas sentral. Akibat manajemen Soeharto itu, kini kita harus memikul akibat yang membawa rawan perpecahan (Kazhim dan Alfian Hamzah, 1999:83).

Adanya pelatihan-pelatihan kepemimpinan di kampus-kampus harus tetap ditingkatkan agar terjadi regenerasi kepemimpinan yang dinamis dan berkesinambungan. Dan sebagai upaya untuk membentuk kader-kader bangsa yang tangguh, berkepribadian dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mahasiswa sebagai agen of change harus benar-benar sadar atas apa yang telah mereka sandang selama ini, mereka tidak hanya berpangku tangan saja atas apa yang sedang terjadi di negara ini. Tetapi ikut memikirkan bagaimana nasib bangsa ini kedepan, bagaiman memajukan bangsa ini agar terbebas dari berbagai permasalahan bangsa yang semakin hari semakin sulit.
>

1 komentar:

Blogger on 11 Maret 2020 pukul 04.41 mengatakan...

If you're looking to lose fat then you have to jump on this totally brand new custom keto plan.

To produce this service, licensed nutritionists, fitness trainers, and chefs have united to develop keto meal plans that are efficient, decent, price-efficient, and fun.

Since their launch in 2019, hundreds of clients have already completely transformed their figure and well-being with the benefits a proper keto plan can provide.

Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-certified ones offered by the keto plan.

Posting Komentar

 

Pengetahuan. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com